Pertumbuhan Penduduk Indonesia
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan ke hadiran Allah Yang
Maha Esa, karena berkat kehadiran-Nya makalah ini dapat diselesaikan sesuai
yang diharapkan. Dalam makalah ini penulis membahas tentang “Pertumbuhan
Penduduk Indonesia”, perubahan populasi
sewaktu-waktu, dan dapat dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu yang
terjadi di Indonesia.
Makalah ini penulis buat untuk tujuan edukasi sehingga
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, dan untuk ke
depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi
lebih baik lagi. Tiada harapan atau dambaan penulis selain mengharap tulisan
ini bermanfaat untuk untuk para pembaca. Karena sebaik-baiknya orang adalah
orang yang bermanfaat bagi orang lain.
Jakarta, 10 Januari 2018
Kristoforus Agi Raditya
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB
II PEMBAHASAN
A. Pertumbuhan Penduduk dan Tingkat Pendidikan
B. Penyakit Berkaitan Lingkungan Hidup Pertumbuhan Penduduk
C. Pertumbuhan Penduduk dan Kelaparan
BAB
III PENUTUP
A. Analisa
B. Kesimpulan
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Penduduk adalah orang-orang yang berada didalam suatu wilayah
yang terikat oleh aturan-aturan yang berlaku dan saling berinteraksi satu sama
lain secara terus menerus/ kontinu. Dalam sosiologi, penduduk adalah kumpulan
manusia yang menempati wilayah geografi dan ruang tertentu. penduduk suatu
negara atau daerah bisa didefinisikan menjadi dua, yaitu orang yang tinggal di
daerah tersebut dan orang yang
secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut. dengan kata lain orang yang
mempunyai surat resmi untuk tinggaldi situ. misalkan
bukti kewarganegaraan, tetapi memilih tinggal didaerah
lain.kepadatan penduduk dihitung dengan membagi jumlah penduduk dengan luas area
dimana mereka tinggal.
Seiring berjalannya waktu manusia pasti mengalami kelahiran, kematian, dan
perpindahan dari tempat satu ke tempat yang lain. Hal-hal itu yang menyebabkan
penambahan populasi manusia secara kuantitas dalam skala besar yang
mengakibatkan kepadatan penduduk terus meningkat dan terjadi ledakan penduduk.
B.
Rumusan Masalah
A. Bagaimana keadaan tingkat pendidikan dengan kondisi
pertumbuhan penduduk di Indonesia?
B. Penyakit apa saja yang berkaitan dengan pertumbuhan
penduduk di Indonesia?
C. Seberapa besar dampak pertumbuhan penduduk di Indonesia
pada masalah kelaparan?
C.
Tujuan Penulisan
A. Untuk tujuan edukasi bersama bagi penulis dan pembaca.
B. Untuk memahami dampak pertumbuhan penduduk di Indonesia
dengan kualitas pendidikannya.
C. Untuk memahami penyakit apa saja yang terjadi karena
dampak pertumbuhan penduduk di Indonesia.
D. Untuk memahami
masalah kelaparan karena dampak pertumbuhan penduduk Indonesia yang
sangat pesat.
E. Untuk sedikit meminimalisir masalah berkaitan penduduk di atas dengan membuat tulisan ini
dan memahaminya bagi penulis dan pembaca.
BAB II PEMBAHASAN
A. Tingkat Pendidikan Pertumbuhan Penduduk
Salah satu cita-cita luhur Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan
bangsa, seolah masih jauh dari ideal. Pertumbuhan penduduk yang pesat dan tidak
merata menyebabkan juga persebaran pendidikan yang tidak merata. Hal itu
menyebabkan banyak dari penduduk di luar sana yang tidak dapat pendidikan yang
layak semestinya. Berdasarkan
data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pada
2016, lebih dari satu juta anak putus sekolah pada jenjang sekolah dasar (SD)
dan tak melanjutkan ke tingkat sekolah menengah pertama (SMP). Jika digabung
antara yang tidak tamat SD-SMP, maka ada sekitar 4,3 juta anak yang tak
mengenyam pendidikan dasar sembilan tahun.
Akibatnya,
sekitar 40 persen angkatan kerja Indonesia merupakan lulusan SD. Kondisi itu
tentunya menghambat upaya Indonesia untuk bersaing di kancah global. Padahal,
konstitusi telah menjamin hak setiap warga negara untuk mendapat pendidikan
sebagaimana termaktub pada Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 28C.
”Setiap orang berhak
mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat
pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan
budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat
manusia,”begitulah
bunyi pasal tersebut.
Meskipun sejumlah upaya telah dilakukan pemerintah,
tampaknya perjuangan mewujudkan amanat konstitusi di bidang pendidikan masih
cukup panjang. Upaya ekstra dibutuhkan untuk memastikan setiap warga negara
meraih hak sama di sektor tersebut. Anggaran pendidikan memang telah
dialokasikan sebesar 20 persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara
(APBN). Akan tetapi, beragam persoalan yang menghampiri dunia pendidikan seakan
terus jadi pekerjaan rumah.
Berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang
dikeluarkan United Nations Development Programme (UNDP) pada 2016, Indonesia
meraih angka sebesar 0.689. Nilai tersebut menempatkan Indonesia dalam kategori
pembangunan manusia menengah, berada di peringkat 113 dari 188 negara. Salah
satu sorotan UNDP adalah kesenjangan pendidikan Indonesia yang lebih tinggi
dari rata-rata di Asia Timur dan Pasifik.
Kondisi di atas tentunya menjadi tantangan bagi
Indonesia dalam konteks pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang
ditetapkan Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) sebagai agenda pembangunan dunia
hingga 2030. Utamanya, dalam meraih tujuan keempat yaitu menjamin kualitas
pendidikan yang inklusif dan merata serta meningkatkan kesempatan belajar untuk
semua.
Karena itu, sejak memulai kegiatan pada 1981, Tanoto
Foundation—lembaga filantropi swasta—berupaya terlibat aktif dalam menaikkan
derajat pendidikan Tanah Air. Melalui program beasiswa, contohnya. Lembaga itu
telah memberikan lebih dari 6.000 beasiswa untuk mahasiswa di berbagai
perguruan tinggi. Hal ini salah satu upaya untuk meningkatkan angka partisipasi
kasar (APK) jenjang pendidikan tinggi, di mana pada 2015 hanya berada di tingkat
33 persen. Sementara itu, untuk meningkatkan mutu pendidikan di wilayah
pedesaan, Tanoto Foundation telah menjangkau lebih dari 500 sekolah di
pedalaman Sumatera Utara, Riau, dan Jambi melalui program bertajuk Pelita
Pendidikan.
B. Penyakit Lingkungan Hidup
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk baik
pertambahan maupun penurunannya. Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan penduduk adalah kelahiran, kematian, dan perpindahan penduduk.
Kelahiran dan kematian dinamakan faktor alami sedangkan perpindahan penduduk
adalah faktor non alami. Migrasi ada dua yaitu migrasi masuk yang artinya
menambah jumlah penduduk sedangkan migrasi keluar adalah mengurangi jumlah
penduduk. Migrasi itu biasa terjadi karena pada tempat orang itu tinggal kurang
ada fasilitas yang memadai. Selain itu juga kebanyakan kurangnya lapangan
kerja. Maka dari itu banyaklah orang yang melakukan migrasi.
Dalam dalam masalah ini
maka penduduk tidak aka jauh dengan masalah kesehatan atau penyakit yang
melanda penduduk tersebut,dikarenakan lingkungan yang kurang terawat ataupun
pemukiman yang kumuh,seperti limbah pabrik,selokan yang tidak terawat yang
menyebabkan segala penyakit akan melanda para penghuni wilayah tersebut yang
mengakibatkan kematian dan terjadi pengurangan jumlah penduduk.
Untuk menjamin kesehatan bagi semua orang di lingkunan yang sehat,
perlu jauh lebih banyak daripada hanya penggunaan teknologi medikal, atau usaha
sendiri dalam semua sektor kesehatan. Usaha-usaha secara terintegrasi dari semua sektor, termasuk
organisasi-organisasi, individu-individu, dan masyarakat, diperlukan untuk
pengembangan pembangunan sosio-ekonomi yang berkelanjutan dan manusiawi,
menjamin dasar lingkungan hidup dalam menyelesaikan masalah-masalah kesehatan.
Seperti semua makhluk hidup, manusia juga bergantung pada
lingkungannya untuk memenuhi keperluan-keperluan kesehatan dan kelangsungan
hidup. Kesehatanlah
yang rugi apabila lingkungan tidak lagi memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia
akan makanan, air, sanitasi, dan tempat perlindungan yang cukup dan aman-
karena kurangnya sumber-sumber atau distribusi yang tidak merata. Kesehatanlah yang rugi apabila
orang-orang menghadapi unsur-unsur lingkungan yang tidak ramah- seperti
binatang-binatang mikro, bahan-bahan beracun, musuh bersenjata atau supir-supir
yang mabuk.
Kesehatan manusia adalah keperluan dasar untuk pembangunan
berkelanjutan. Tanpa kesehatan, manusia tidak dapat membangun apa pun, tidak
dapat menentang kemiskinan, atau melestarikan lingkungan hidupnya. Sebaliknya,
pelestarian lingkungan hidup merupakan hal pokok untuk kesejahteraan manusia
dan proses pembangunan. Lingkungan yang sehat menghasilkan masyarakat yang
sehat, sebaliknya lingkungan yang tidak sehat menyebabkan banyak penyakit.
Kemampuan manusia untuk mengubah atau memoditifikasi kualitas
lingkungannya tergantung sekali pada taraf sosial budayanya. Masyarakat yang
masih primitif hanya mampu membuka hutan secukupnya untuk memberi perlindungan
pada masyarakat. Sebaliknya, masyarakat yang sudah maju sosial budayanya dapat
mengubah lingkungan hidup sampai taraf yang irreversible. Prilaku masyarakat
ini menentukan gaya hidup tersendiri yang akan menciptakan lingkungan yang
sesuai dengan yang diinginkannya mengakibatkan timbulnya penyakit juga sesuai
dengan prilakunya tadi. Dengan demikian eratlah hubungan antara kesehatan
dengan sumber daya social ekonomi. WHO menyatakan “Kesehatan adalah suatu
keadaan sehat yang utuh secara fisik, mental dan sosial serta bukan hanya
merupakan bebas dari penyakit”.Dalam Undang Undang No. 9 Tahun 1960 tentang
Pokok-Pokok Kesehatan. Dalam Bab
1,Pasal 2 dinyatakan bahwa “Kesehatan adalah meliputi kesehatan badan
(somatik),rohani (jiwa) dan sosial dan bukan hanya deadaan yang bebas dari penyakit,
cacat dan kelemahan”. Definisi ini memberi arti yang sangat luas pada kata
kesehatan. Keadaan kesehatan lingkungan di Indonesia masih merupakan hal yang
perlu mendapaat perhatian, karena menyebabkan status kesehatan masyarakat
berubah seperti: Peledakan penduduk, penyediaan air bersih, pengolalaan
sampah,pembuangan air limbah penggunaan pestisida, masalah gizi, masalah
pemukiman, pelayanan kesehatan, ketersediaan obat, populasi udara, abrasi
pantai,penggundulan hutan dan banyak lagi permasalahan yang dapat menimbulkan
satu model penyakit.
Jumlah penduduk yang sangat besar 19.000 juta harus benar-benar
ditangani masalah.pemukiman sangat penting diperhatikan. Pada saat ini
pembangunan di sektor perumahan sangat berkembang, karena kebutuhan yang utama
bagi masyarakat. Perumahan juga harus memenuhi syarat bagi kesehatan baik
ditinjau dari segi bangungan, drainase, pengadaan air bersih, pentagonal sampah
domestik uang dapat menimbulkan penyakit infeksi dan ventilasi untuk
pembangunan asap dapur. Indonesia saat ini mengalami transisi dapat terlihat
dari perombakan struktur ekonomi menuju ekonomi industri, pertambahan jumlah
penduduk, urbanisasi yang meningkatkan jumlahnya, maka berubahlah beberapa
indikator kesehatan seperti penurunan angka kematian ibu, meningkatnya angka
harapan hidup ( 63 tahun ) dan status gizi. Jumlah penduduk terus bertambah,
cara bercocok tanam tradisional tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan hidup
masyarakat. Dengan kemampuan daya pikir manusia, maka manusia mulai menemukan
mesin-mesin yang dapat bekerja lebih cepat dan efisien si dari tenaga manusia.
C.
Kelaparan Pada Pertumbuhan
Penduduk
Global
Hunger Index dibuat untuk mengukur dan melacak kondisi kelaparan secara global.
Indeks ini dikeluarkan oleh International Food Policy Research
Institute (IFPRI), sebuah lembaga penelitian internasional yang
selalu melakukan riset di bidang kelaparan dan kekurangan gizi di negara
berkembang. Peningkatan
angka GHI suatu negara menunjukkan situasi kelaparan semakin memburuk. GHI
menggunakan empat indikator yang bisa mewakili pemenuhan gizi suatu negara.
Indikator tersebut yaitu kondisi kekurangan gizi seluruh penduduk, berat badan
dan tinggi anak di bawah lima tahun, dan angka kematian anak sebelum mencapai
usia lima tahun.
Angka GHI
Indonesia mengalami penurunan dibandingkan tahun 2008. Namun masih dalam
tingkat kelaparan yang serius. Lebih
dari 19 juta penduduk Indonesia masih kekurangan gizi. Bahkan 2 hingga 3 anak
dari setiap 100 anak, meninggal sebelum berusia 5 tahun. ingkat kelaparan
berdasarkan GHI melibatkan 118 negara di seluruh dunia. Beberapa negara yang
berpenghasilan tinggi tidak diikutsertakan. Meskipun negara-negara berpenghasilan
tinggi juga berpotensi memiliki masalah penduduk kelaparan, namun metode GHI
tidak sesuai dengan negara-negara tersebut. Jika melihat negara Asia Tenggara
lain, kondisi kelaparan Indonesia hanya lebih
baik dari Laos. Malaysia menjadi negara satu-satunya di Asia Tenggara dengan
tingkat kelaparan di level rendah.
BAB III PENUTUP
A. Analisa
Penduduk adalah orang-orang yang berada didalam suatu wilayah
yang terikat oleh aturan-aturan yang berlaku dan saling berinteraksi satu sama
lain secara terus menerus/ kontinu. Seiring berjalannya waktu penduduk akan
terus berkembang dan bertambah dikarenakan
peningkatan angka kelahiran, angka kematian yang rendah, tingkat
pendidikan yang rendah, globalisasi, dan perpindahan. Perkembangan penduduk di
bahas dalam PP RI No 87 Tahun 2014 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga, KB, dan Sistem Informasi Keluarga. Landasan hukum
tersebut dibuat agar dapat mencegah berbagai penyakit perkembangan penduduk
seperti kelaparan, kemiskinan, dan keterbelakangan pendidikan.
B.
Kesimpulan
-Penduduk
adalah orang-orang yang berada didalam suatu wilayah yang terikat
oleh aturan-aturan yang berlaku dan saling berinteraksi satu sama lain secara
terus menerus/ kontinu.
-Landasan
hukum perkembangan penduduk dibahas dalam dalam PP RI No
87 Tahun 2014 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, KB,
dan Sistem Informasi Keluarga.
-Faktor utama penyebab masalah pertumbuhan penduduk :
1. Peningkatan angka kelahiran
2. Angka kematian rendah
3. Kurangnya tingkat pendidikam
4. Pengaruh budaya atau globalisasi
5. Perpindahan
DAFTAR PUSTAKA
Comments
Post a Comment